Selasa, 29 November 2011

kata mutiara, kata-kata bijak, kata-kata cinta II

02 April 2008

kata mutiara, kata-kata bijak, kata-kata cinta II

Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.~ Mahatma Ghandi

Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.

Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”

Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.

Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.

Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.

Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.
Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.

Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.

Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.

Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !

Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.

Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka

Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.

Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.

Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.
Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan.

ARTIKEL; Kebijakan Sebagai Buah Pikir Pimpinan

Kebijakan Sebagai Buah Pikir Pemimpin
Sapto Sunarso, S.Pd.*
Sejarah perjalanan bahasa Jawa menunjukkan ada beberapa aksara yang digunakan. Pertama, adanya bukti prasasti-prasasti berhuruf Dewanagari (berbahasa Sanskreta) dan Pallawa (berbahasa Sanskreta). Kedua, banyaknya naskah atau teks tulisan tangan dengan aksara Kawi, aksara Arab, aksara Jawi (atau bahasa Jawi : adalah nama kuno untuk bahasa Melayu, khususnya yang ditulis dengan huruf Arab (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 3; 1989:53), dan aksara Hanacaraka (aksara Jawa). Bahkan banyak teks yang menggunakan aksara Sanskrit berbahasa Jawa Kuno. Ketiga, penggunaan aksara Latin yang digunakan sampai sekarang. Dengan demikian bahasa Jawa merupakan bahasa yang unggul di bidang kekayaan pengunaan aksara.
Hampir semua aksara yang digunakan dalam bahasa Jawa bersifat silabis, kecuali aksara Latin. Misal aksara Jawi dan Jawa. Contoh, kata ”bata” (4 huruf abjad Latin) ditulis dengan 2 lambang (2 aksara Jawi : , 2 aksara Jawa : ).
Silabis adalah aksara atau sistem tulisan yang menggunakan satu lambang untuk satu suku kata. Setiap lambang terdiri dari vokal dan konsonan (Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 1; 1988:186). Di dalam sistem penulisan kedua jenis aksara ini sama-sama mempunyai variasi aksara untuk mencukupi kebutuhan lafal bahasa Jawa, disebut aksara rekan (rekaan), seperti huruf nga (aksara Jawi) dan qa (aksara Jawa). KBBI (2000:21) mengartikan aksara Jawa adalah aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa, berjumlah 20 huruf, bermula dengan ha dan berakhir dengan nga. Betulkah?
Kalau dicermati, aksara Jawa mempunyai 2 golongan. Pertama, huruf. Kedua, penanda. Huruf Jawa 57 jumlah bentuknya (legena, pasangan, murda, rekan, angka, aksara swara). Penanda dalam aksara Jawa terdapat 28 bentuk (sandhangan, mandaswara, wyanjana, pada). Jadi, ada 85 bentuk dalam sistem penulisan aksara Jawa.
Aksara Hanacaraka atau yang lebih dikenal dengan nama aksara Jawa mempunyai keistimewaan lebih. Dalam barisan aksaranya pun terkandung sebuah kisah. Kisah itu mempunyai beberapa filosofi hidup masyarakat Jawa.
Kandungan filosofi dalam aksara Jawa sangat mencengangkan sebagian besar ahli bahasa di dunia. Contohnya, dari tata aturan tulisan yang menggantung garis yang menunjukkan orang Jawa akan mendapat gelar njawani atau wis Jawa. Pangkon yang membuat aksara yang 'dipangku' menjadi konsonan, mati (tidak berbunyi) menunjukkan adanya budaya ewuh pakewuh, saling menghormati, dan saling berbalas budi. Tehnik menulis yang diawali dengan goresan tipis ke atas dan tekanan kuat ke bawah yang melambangkan hubungan antara yang tua dan muda, yang besar dan kecil, dsb.
Banyaknya filsafat budaya orang Jawa dalam aksara Jawa meliputi unsur-unsur kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Filosofi dalam aksara Jawa yang menonjol adalah kepemimpinan, kebersamaan, keteraturan, dan ketertiban. Semua kandungan filsafat dalam aksara Jawa mengarah kebaikan. Pada kesempatan ini, akan dibahas khusus mengenai filosofi kepemimpinan sebagai atasan dan pengabdian sebagai bawahan.
Pada masa menghadapi pemilihan umum sekarang ini, filosofi atasan (pemimpin) yang ada dalam aksara Jawa dapat menjadi salah satu alternatif dalam memilih pemimpin untuk memperbaiki kondisi negara. Selain itu, juga perlu dikemukakan filosofi bawahan dalam aksara Jawa sebagai dasar berprilaku sebagai bagian masyarakat dalam bernegara.
Dari bedah filsafat aksara Jawa ini diharapkan negara menjadi sejahtera dan damai. Pemimpin yang ideal diimbangi oleh warga negara yang santun dalam bernegara. Kebersamaan kedua unsur inilah merupakan hal pokok dalam menciptakan negara yang dicita-citakan bersama.
Kisah Ajisaka
Sutjipto Adi (1983:112) menuliskan kisah yang ada dalam Aksara Hanacaraka atau Aksara Jawa. Baris pertama (ha, na, ca, ra, ka) diungkapkan ”ana caraka / duta” (ada utusan). Baris kedua (da, ta, sa, wa, la) dijabarkan ”data / duta sawala / suwala / sulaya” (utusan berbeda pendapat atau berperang). Baris ketiga (pa, dha, ja, ya, nya) ditelaah ”padha jayanya / jayane” (sama-sama menang atau sakti). Baris keempat (ma, ga, ba, tha, nga) diungkapkan ”maga bathanga” (sama-sama menjadi mayat).
Kisah lengkapnya terjadi pada masa Raja Dewatacengkar memerintah pulau Jawa dengan sewenang-wenang. Karena kekuatan dan kesaktiannya, Raja hanya mementingkan diri sendiri, kerabat, dan pembesar-pembesar negara. Karena itu, salah seorang ksatria bernama Ajisaka berniat ingin menunmpas Dewatacengkar.
Ketika akan berangkat, Ajisaka mempunyai dua orang abdi setia, Dora dan sembada. Ajisaka memerintah seorang abdinya untuk menjaga keris pusakanya di suatu tempat dan memerintahkan abdinya yang lain, untuk mengikutinya.
Di hadapan Dewatacengkar, Ajisaka akan mengabdi kepada Dewatacengkar, dengan syarat Dewatcengkar memberi tanah seluas ikat kepalanya. Dewatacengkar menyetujui syarat itu. Namun, tanpa disangkanya, kain ikat kepala Ajisaka itu melebar hingga menutupi pulau Jawa. Akhirnya Dewatacengkar masuk samudra dan mati.
Ajisaka kemudian memerintah pulau Jawa penuh keadilan sehingga menjadikan tanah Jawa makmur. Pada saat seperti itu, Ajisaka teringat keris pusakanya, kemudian memerintahkan abdi yang mengikutinya untuk mengambil pusakanya.
Sang abdi melaksanakan perintah. Abdi yang menjaga keris tidak mau memberikan, karena Ajisaka pernah berpesan, selain Ajisaka sendiri yang mengambil, tidak boleh diberikan kepada orang lain. Kedua abdi itu berselisih pendapat. Mereka bertengkar. Akhirnya berkelahi, perang tanding adu kesaktian.
Kesaktian kedua abdi itu setingkat, sehingga tidak ada yang kalah. Kedua-duanya menang. Tetapi kemenangan keduanya mengakibatkan keduanya mati. Dora berhasil membunuh Sembada. Demikian pula sebaliknya, sembada menang dengan membunuh Dora. Keduanya sama-sama mati.
Ajisaka sangat terpukul dengan kejadian itu. Kedua abdi yang setia padanya gugur dalam menjalankan perintahnya. Lalu Ajisaka mengabadikan kejadian itu dengan membuat aksara Jawa menggunakan baris seperti dijabarkan di muka.
Filosofi Atasan
Kisah Ajisaka membuat huruf Hanacaraka untuk mengabadikan kedua abdinya sangat menyantuh hati. Jarang kita temui, pemimpin yang sangat memperhatikan bawahannya sedemikian rupa. Siapa sebenarnya Ajisaka?
Secara etimologi, ajisaka berasal dari dua kata, ”aji” dan ”saka”. Keduanya mempunyai arti berbeda. Dalam Baoesastra Djawa (Poerwadarminta;1939:3) kata aji artinya ”mantra yang menyebabkan dapat mengeluarkan keunggulan; harga, penghargaan; ratu, raja, pemimpin; haji; bulan haji atau bulan Besar”. Berdasarkan akar katanya, kata aji berasal dari ”-ji” (siji artinya satu, yang nomor satu, pemimpin, orang pandai, ulama, cendekiawan, raja, yang dihargai sangat tinggi). Saka berarti ”dari; pilar penyangga; nama hitungan tahun Hindu yang dimulai dari Prabu Saka (Ajisaka); ranting, teman atau kawan” (ibid; 1939:539).
Menurut penulis, tokoh Ajisaka merupakan pralambang hidup orang Jawa. Orang Jawa mengenal istilah ”njawani, wis Jawa, durung Jawa, dudu Jawa” (berpola hidup Jawa, sudah Jawa, belum Jawa, bukan Jawa). Artinya, orang yang dihargai adalah orang yang memegang pilar atau pokok yaitu aturan yang berlaku dalam budaya Jawa.
Telaah lainnya adalah orang akan dihargai (diaji-aji, diajeni) bila berpola hidup sesuai dengan aturan yang sesuai dengan budaya Jawa. Sering terdengar kalau ada orang yang melanggar norma-norma di masyarakat Jawa disebut ”durung Jawa, dudu Jawa”. Terkadang ada sesebutan ”ora Jawa” bila ada orang yang terlalu melanggar norma. Sedangkan orang yang memegang teguh norma-norma dalam pola hidupnya disebut ”wis Jawa, njawani” atau ”priyayi”.
Filosofi kedua, ikat kepala adalah sebuah lambang buah pikir. Untuk mengalahkan keangkaramurkaan, dibutuhkan pikiran atau wawasan yang luas. ”Okol kalah karo akal”. Maksudnya, yang mengandalkan kekuatan (okol) akan kalah oleh yang mengandalkan kepandaian (akal). Akal pikiran dapat mengalahkan kekuatan fisik.
Etimologi kata dewatacengkar adalah berasal dari kata ”dewata” dan ”cengkar”. Dewata artinya ”dewa, roh leluhur yang dianggap menguasai salah satu kodrat” (ibid; 1939:66). KBBI (2002:260) mengartikan ”dewa, sifat dewa, kedewaan”.
Cengkar artinya ”luas antaranya, luas; tempat yang luas yang bisa digunakan untuk mencari makan yang tersebar; tidak subur, tidak subur dan banyak batu padasnya” (ibid; 1939:634). Arti lain ”agak tandus” (ibid;2002:207).
Dewatacengkar dapat diartikan yang bersifat dewa dan menguasai daerah yang luas tetapi (membuat / menjadikan) daerah itu menjadi tidak subur. Dapat juga dimaknai membuat daerah atau negara tidak aman dan tidak tentram, membuat sengsara rakyatnya. Dewatacengkar melambangkan kekuasaan yang luas namun membuat sengsara pada yang dikuasainya.
Cerita dalam aksara Jawa bahwa Dewatacengkar kalah oleh Ajisaka mempunyai makna bahwa siapapun yang berkuasa namun tidak membuat makmur rakyatnya akan kalah oleh orang yang lurus sesuai hukum. Filsafatnya yang sewenang-wenang bakal kalah oleh yang taat hukum. Identik dengan yang pertama, bahwa ”okol kalah karo akal”.
Filsafat hidup orang Jawa yang lain dapat dijumpai dari kandungan cerita kedua abdi Ajisaka. Arti abdi adalah pembantu (ibid; 1939:1); orang bawahan, pelayan, hamba; budak tebusan (ibid;2002:2). Perluasan makna abdi adalah totalitas diri yang loyal, patuh, dan taat pada atasan.
Perluasan lain abdi dalem 'pegawai keraton', abdi masyarakat 'pegawai pemerintah yang berkewajiban melayani masyarakat, abdi negara 'pegawai negeri'. Bila sudah yakin akan kepada yang 'diabdi', maka akan total taat dan patuh sampai mengorbankan nyawa. Dora dan Sembada orang yang taat hingga mati.
Filosofi Bawahan
Kisah Ajisaka menyiratkan adanya dua orang abdi, Dora dan Sembada, yang setia kepada pemimpin, Ajisaka. Totalitas pengabdian inilah yang sangat diperlukan oleh pemimpin dalam menjalankan semua program kerjanya.
Pemimpin yang bagus dengan program kerja yang sempurna, tidak akan berjalan baik bila bawahan tidak total dalam pekerjaannya. Apalagi bila ternyata ada bawahan yang cenderung menentang atau menyimpang dari garis program kerja pemimpinnya.
Kandungan kisah Dora dan Sembada merupakan idealisme dalam menjalankan program kerja sang pemimpin. Filsafat hidup orang Jawa dapat dibedah dari nama bawahan Ajisaka itu. Selain itu, tindakan Dora dan Sembada termaktub pula filsafat kerja dalam budaya Jawa.
Sinonim kata dora itu goroh. Arti dora dan goroh adalah berkata yang tidak nyata, tidak benar, tidak jelas; menipu; berbohong (ibid;1939:74,160). Sembada atau sambada atrinya serba kecukupan, sentausa, kuat; cocok, patut, pantas; agak kaya, berkecukupan (ibid;1939:554). Klausa dora sembada mempunyai makna menipu untuk kebaikan. Contohnya tidak memberi permen kepada anaknya dengan dalih yang tidak tepat demi kebaikan sang anak sendiri.
Nama Dora dan Sembada melambangkan agar bawahan memberikan pelengkap agar program atasannya menjadi pantas, patut, dan cukup (terlaksana). Walaupun sang bawahan merasa lelah, namun karena jadwal yang mepet, misalnya, sang bawahan seyogyanya menyelesaikan program yang digariskan. Para bawahan diidealkan memberikan yang patut dan pantas dalam memberikan layanan kepada atasan, karena beban atasan lebih berat (berpikir dan bertanggung jawab) daripada bawahan (pelaksana).
Sangat tidak pantas apabila ada atasan bekerja menata meja, upamanya, sementara bawahannya duduk-duduk santai, atau malah pergi pura-pura tidak tahu kesibukan atasan. Filsafat ini menimbulkan efek ewuh pakewuh dalam arti pengabdian bawahan kepada atasannya. Walaupun penat, semangat kerja bawahan diharapkan mempu mengurangi beban atasan agar tercapainya program kerja. Oleh karena itu, bawahan diharapkan tidak memantaskan diri dalam menipu, tetapi menipu untuk kepantasan.
Filosofi Jawa yang sangat dijunjung tinggi dalam kandungan aksara Jawa adalah etos kerja Dora dan Sembada. Kejenuhan dalam menunggu keris Ajisaka dan kepenatan karena perjalanan jauh untuk mengambil keris tetap dilaksanakan penuh tanggung jawab. Demi menjalankan perintah pun didasari loyalitas tinggi. Nyawa sebagai taruhannya.
Perbedaan pendapat, pertikaian, bahkan peperangan yang mengakibatkan kehilangan nyawa dipertaruhkan demi menjalankan perintah atasan. Masing-masing bawahan bertanggung jawab pada atasan sesuai perintah dan tugasnya. Idealisme inilah yang sangat diperlukan dalam rangka membangun negara.
Perintah atasan adalah harga mati bagi bawahan. Baik dan buruk atau benar dan salah itu adalah tanggung jawab atasan, karena atasanlah yang mempunyai ikat kepala. Kebijakan sebagai buah pikir para pemimpin merupakan salah satu pilar dalam memajukan negara. Kuncinya pada kata bijak (bagi pemimpin) dan taat (bagi bawahan).
Buah Pikir Pemimpin
Menelaah kandungan filsafat dalam aksara Jawa memberikan refleksi pada kita semua. Kemakmuran dan kejayaan negara akan dapat tercapai dari idealisme yang ada di dalam lambang pralambang aksara Jawa. Ajisaka berjaya menyingkirkan Dewatacengkar. Dalam kejayaannya, Dora dan Sembada menjadi korban kebijakan Sang Ajisaka.
Pemilu sudah dekat. Rakyat Indonesia akan berpesta demokrasi. Sepercik tulisan ini semoga bermanfaat sebagai bekal dalam menyongsong pesta pemilu. Sebagai Dora dan Sembada yang baik, perlulah mentaati Ajisaka, dus perlu juga untuk memilih Ajisaka yang benar, yang membawa negara menjadi jaya.
Bentuk cakra dalam aksara Jawa, melambangkan lingkaran dunia. Huruf legena disambung cakra ditulis dengan melingkarkan cakra pada huruf legenanya. Taling tarung sebagai penanda vokal sama besar tulisannya dengan huruf yang disandhangi. Bentuk-bentuk tulisan dalam aksara Jawa mempunyai peran lambang sendiri-sendiri.
Oleh karena itu, sangatlah bijak bila kaum cerdik pandai yang menciptakan aksara Jawa digital atau font komputer tidak mengubah bentuk. Semoga akan memberikan manfaat pada generasi penerus.

Artikel Kebijakan

Kebijakan (policy) adalah solusi atas suatu masalah. Kebijakan seringkali tidak efektif akibat tidak cermat dalam merumuskan masalah. Dengan kata lain, kebijakan sebagai obat seringkali tidak manjur bahkan mematikan, akibat diagnosa masalah atau penyakitnya keliru (Dunn, 2003).

Kebijakan dipelajari dalam ilmu kebijakan (policy science), yaitu ilmu yang berorientasi kepada masalah kontekstual, multi disiplin, dan bersifat normatif, serta dirancang untuk menyoroti masalah fundamental yang sering diabaikan, yang muncul ketika warga negara dan penentu kebijakan menyesuaikan keputusannya dengan perubahan-perubahan sosial dan transformasi politik untuk melayani tujuan-tujuan demokrasi (Lasswell, HD dalam Kartodiharjo, 2009).

Ilmu kebijakan (Policy Sience) dirancang untuk menyoroti masalah fundamental yang sering diabaikan, yang muncul ketika warga negara dan penentu kebijakan menyesuaikan keputusannya dengan perubahan-perubahan sosial dan transformasi politik untuk melayani tujuan-tujuan publik. Ia menyangkut tidak hanya produksi fakta, melainkan juga nilai-nilai dan tindakan yang dipilih. Ilmu kebijakan berorientasi kepada masalah kontekstual, multi disiplin, dan bersifat normatif (benar-salah, baik buruk, penting-tidak penting).

Banyak ahli mengemukakan definisi dari Kebijakan Pemerintah (Public Policy). Soenarko (1992) dalam buku Public Policy (Kebijakan Pemerintah) menyimpulkan bahwa Public Policy (Kebijakan Pemerintah) ialah suatu keputusan yang dilaksanakan oleh pejabat pemerintah yang berwenang, untuk kepentingan rakyat (Public Interest). Sedangkan Dye (1972) menyatakan bahwa apa yang diputuskan oleh Pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan itulah yang merupakan public policy atau kebijakan pemerintah. Jadi bentuk konkrit dari kebijakan pemerintah (public policy) adalah produk hukum.

Teori Dan Dasar Hukum Kebijakan

Selain itu juga membahas pendekatan setting agenda, yaitu yang membahas bagaimana persoalan dan agenda dibentuk dalam setting institusional, bagaimana partai, kelompok kepentingan dan pembuat kebijakan saling berinteraksi untuk menentukan apa-apa yang dianggap isu politik dan apa-apa yang bukan isu politik. Menurut Schattscheneider, serta Cobb dan Elder menyatakan proses politik mungkin tak terlalu terbuka untuk memasukan semua problem ke dalam perhatian politik.

Pada pembahasan berikutnya akan membahas konstribusi penting untuk analisa agenda  oleh para teoretisi yang berpendapat bahwa keputusan riil dalam proses kebijakan adalah kekuasaan untuk tidak membuat keputusan (non-decision), yakni kapasitas dari salah satu kelompok untuk menghalang-halangi masuknya ide, perhatian, kepentingan dan problem ke dalam agenda utama. Pendapat ini juga menyatakan bahwa jika kita ingin memahami problem didefinisikan dan agenda ditetapkan kita harus masuk lebih jauh ke dalam relasi kekuasaan, kedalam cara nilai dan keyakinan orang-orang dibentuk oleh kekuatan-kekuatan yang tidak bias diamati secara empiric atau behaviroeal.

Schattschneider, Cobb dan Elder menyatakan bahwa proses politik mungkin tidak terlalu terbuka untuk memasukkan semua problem dan proses penentuan agenda mungkin sangat bias dan dimuati oleh kepentingan tertentu. Kekuasaan riel dalam proses kebijakan adalah kekuasaan untuk tidak membuat keputusan; yakni kapasitas dari salah satu kelompok untuk menghalangi masuknya ide, perhatian, kepentingan dan problem itu ke dalam agend utama. Jika kita ingin memahami bagaimana problem itu didefinisikan dan agenda itu ditetapkan, maka kita harus masuk ke dalam relasi kekuasaan dan ke dalam cara nilai atau diamati secara empiris atau behavioral.  Selanjutnya yaitu pendekatan makro yang lebih sintesis dengan menfokuskan pada pendekatan-pendekatan mengajukan penjelasan yang makro.

Kita dapat  sepakat pada isunya tapi tidak sepakat pada apa yang sesungguhnya menjadi persoalan, dank arena itu kita juga bisa berbeda pendapat soal kebijakan yang harus diambil. Fakta adalah sesuatu yang tidak berbicara sendiri, namun perlupenafsiran. Untuk itu sebuah problem  harus didefinisikan , distrukturisasi, diletakkan dalam batas-batas tertentu dan diberi nama.

Sebuah problem harus didefinisikan, distrukturisasi, diletakkan dalam batas-batas tertentu dan diberi nama. Problem berkaitan dengan persepsi dan persepsi berkaitan dengan konstruksi. Karakteristik utama dari problem kebijakan, yang berbeda dengan jenis lain semisal matematika atau fisika adalah problem-problem itu sulit didefinisikan dengan baik, Sebuah definisi suatu problem adalah bagian dari problem itu sendiri.  Analisis adalah partisipasi dalam problem, bukan sekadar mengamati problem.

Kesulitan dengan problem kebijakan ini diperparah oleh kompleksitas dan definisinya yang kurang jelas (ill-defined) yang pada akhirnya mengakibatkan ill-structured.

Pada era Victorian berangapan bahwa produksi ilmu pengetahuan merupakan mesin perbaikan. Fakta-fakta merupakan kekuatan politik yang kuat. Akan tetapi beberapa para ahli (Harris: 1990:389) meragukan seberapa jauh positivism yang belum matang ini bisa direalisasikan dalam praktek. Di Jerman misalnya, pada tahun 1870-an dan 1880an Bosketika legislasi kesejahteraan social Bismarck diambil dari laporan temuan fakta.  Ini adalah fenomena yang muncul tradisi riset social yang berfokus pada  problem dan upaya peringanan dan solusi problem.

Interaksionisme Simbolik. Aliran ini berkembang di Chicago di periode antara dua perang dunia dan dipengaruhi oleh pragmatism John Dwey, William James dan GH. Mead. Pendekatan ini mengandung tiga premis utama:
1.manusia bertindak berdasarkan makna yang menurut mereka ada dalam sesuatu hal,
2.makna adalah hasil dari interaksi social.
3.Makna dimodifikasi dan ditangani melalui proses interpretasi yang dipakai oleh inidividu dalam menghadapi “tanda-tanda”(signs) yang dijumpainya.

Pendekatan Sejarah alam untuk problem social.
Tahap-tahap daur hidup problem menurut J.H.S. Bossard:
• Pengenalan problem
• Diskusi tentang tingkat keseriusan.’
• Usaha untuk perbaikan
• Perlu sebuah survey (untuk studi yang lebih cermat)
• Muncul beberapa perubahan terhadap orang2 yang tertarik dgn problem.
• Penekanan pada factor dasar yang luas.
• Menghadapi kasus-kasus individual.
• Perubahan lain dalam diri personel
• Program disusun secara induktif
• Penyempurnaan teknik studi dan pembahasan.
• Penyempurnaan konsep.
• Perubahan lain dalam personel.



Pengelolaan Lingkungan

Lingkungan merupakan semua aspek kondisi eksternal fisik dan biologik dimana organisme hidup. Kondisi eksternal yang baik akan mendukung kehidupan organisme yang seimbang dan produktif. Sebaliknya lingkungan hidup organisme yang merosot akan mendorong kehidupan organisme menuju kehancuran (Wirakusumah, 2003). Sedangkan keterkaitan antara organisme-organisme dengan lingkungannya, baik lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik merupakan ranah ekologi.

Dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, pengertian mengenai lingkungan ini disandingkan dengan sumberdaya alam. Sumberdaya, dalam pengertian umum adalah sumber persediaan, baik cadangan maupun yang baru. Sedangkan dalam pengertian ekonomi, sumberdaya merupakan input bagi suatu proses produksi. Ireland (1974 dalam Soerianegara, 1977) mengartikan sumberdaya alam sebagai keadaan lingkungan alam yang mempunyai nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sementara Isard (1972 dalam Soerianegara, 1977) mendefinisikannya sebagai keadaan lingkungan dan bahan-bahan mentah yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kesejahteraannya.

Berdasarkan pengertian di atas, pengelolaan lingkungan merupakan serangkaian upaya untuk mempertahankan kondisi eksternal, baik fisik maupun biologik, agar selalu mendukung kehidupan yang seimbang dan produktif. Sebagai contoh konsep pengelolaan lingkungan adalah yang dikembangkan oleh Holling (1978 dalam Mitchell, 2007) dengan pengelolaan lingkungan adaptif melalui bukunya Adaptive Environmental Assessment and Management, yang bertujuan mengembangkan sebuah pendekatan alternatif untuk analisa dampak lingkungan, khususnya bagi para pembuat keputusan dan pengelola yang tidak puas dengan prinsip dan metode tradisional. Pesan khusus di dalamnya adalah bahwa suatu proses baru diperlukan untuk menghadapi tantangan mendasar yakni ketidakpastian dan hal-hal yang tak terduga.

Pendekatan adaptif diperlukan, karena ketika kebijakan dirumuskan, maka pengelolaan, proses perancangan dan analisanya dimulai. Pendekatan ini didasarkan sebuah premis bahwa pengetahuan tentang sistem yang dihadapi tidak selalu lengkap. Bukan hanya ilmunya yang tidak lengkap, namun sistem itu sendiri selalu bergerak dinamis.


Analisa dan Formulasi Kebijakan
Analisa kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual dan praktisi yang ditujukan untuk menciptakan secara kritis, menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang dan di dalam proses kebijakan (Dunn, 2000). Analisa kebijakan dapat pula dipandang sebagai ilmu yang menggunakan berbagai metode pengkajian multiple dalam konteks argumentasi dan debat politik untuk menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.

Ada 3 (tiga) bentuk analisis kebijakan, yaitu: (1) Analisa Kebijakan prospektif, (2). Analisa kebijakan retrospektif, dan (3) Analisa Kebijakan terintegrasi (Dunn, 2000). Analisa kebijakan prospektif adalah suatu analisis kebijakan yang dilakukan untuk memproduksi dan mentransformasikan informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisa kebijakan prospektif merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi yang dipakai dalam merumuskan alternative dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai pedoman dalam pengambilan kebijakan. Analisa kebijakan retrospektif adalah suatu analisis kebijakan yang dilakukan untuk menciptakan dan mentaformasikan informasi setelah aksi kebijakan dijalankan. Sedangkan analisa kebijakan integrasi adalah merupakan kombinasi dari analisis prospektif dan analisis kebijakan retrospektif, yaitu untuk menciptakan dan mentransformasikan informasi sebelum dan setelah aksi kebijakan diambil.

Analisa meso berasal dari bahasa Yunani yaitu mesos berarti menengah, atau level analisis menengah atau analisis perantara yang berfokus pada kaitan antara definisi problem, penentuan agenda, dan proses pengambilan keputusan serta implementasinya. Adapun pendekatan kebijakan adalah penelitian yang berfokus pada problem dan bagaimana problem itu disusun dan dipikirkan menjadi atau tidak menjadi isu dalam agenda kebijakan. Sedangkan pembuatan kebijakan dalam pengertian ini dapat dilihat sebagai sebentuk “pemecahan teka-teki (puzzlement) kolektif atas nama masyarakat; ini memerlukan pengetahuan maupun keputusan (Heclo, 1974:305).

Analisa meso adalah level analisis menengah atau analisis perantara yang berfokus pada kaitan antara definisi problem, penentuan agenda, dan proses pengambilan keputusan serta implementasinya. Adapun pendekatan kebijakan adalah penelitian yang berfokus pada problem, sedangkan pembuatan kebijakan dalam pengertian ini bias dilihat sebagai sebentuk “pemecahan teka-teki (puzzlement) kolektif atas nama masyarakat; ini memerlukan pengetahuan maupun keputusan (Heclo, 1974:305).

Analisa meso membahas tentang Studi kebijakan dari sudut pandang problem adalah Pendekatan Problem Sosial  berasal dari gagasan dan periset social abad 19. Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan untuk studi problem dan agenda politik yang berkaitan dengan studi opini public dan media massa. Dalam studi ini focus utama adalah bagaimana opini public dan media masa berinteraksi dengan kebijakan untuk mendefinisikan agenda dan problem.

Selain itu juga membahas pendekatan setting agenda, yaitu yang membahas bagaimana persoalan dan agenda dibentuk dalam setting institusional, bagaimana partai, kelompok kepentingan dan pembuat kebijakan saling berinteraksi untuk menentukan apa-apa yang dianggap isu politik dan apa-apa yang bukan isu politik. Menurut Schattscheneider, serta Cobb dan Elder menyatakan proses politik mungkin tak terlalu terbuka untuk memasukan semua problem ke dalam perhatian politik.

Pada pembahasan berikutnya akan membahas konstribusi penting untuk analisa agenda  oleh para teoretisi yang berpendapat bahwa keputusan riil dalam proses kebijakan adalah kekuasaan untuk tidak membuat keputusan (non-decision), yakni kapasitas dari salah satu kelompok untuk menghalang-halangi masuknya ide, perhatian, kepentingan dan problem ke dalam agenda utama. Pendapat ini juga menyatakan bahwa jika kita ingin memahami problem didefinisikan dan agenda ditetapkan kita harus masuk lebih jauh ke dalam relasi kekuasaan, ke dalam cara nilai dan keyakinan orang-orang dibentuk oleh kekuatan-kekuatan yang tidak bias diamati secara empiric atau behaviroeal.


Selanjutnya, Weimer & Vining (1999 dalam Kartodiharjo, 2009) menjelaskan mengenai lingkup kebijakan, yang terdiri dari : Riset Kebijakan dan Analisis Kebijakan. Riset Kebijakan merupakan prediksi dampak perubahan beberapa variabel akibat perubahan kebijakan, untuk aktor dalam arena kebijakan yg relevan melalui metodologi yang formal.

Sedangkan analisis kebijakan merupakan perbandingan dan evaluasi dari solusi yang tersedia untuk memecahkan masalah, untuk orang atau lembaga tertentu melalui sintesis, riset-riset dan teori. Sutton (1999) menunjukkan bahwa dengan kajian kebijakan akan dihasilkan pengetahuan mengenai baik atau buruknya kinerja kebijakan yang dihasilkan saat ini melalui identifikasi arena kebijakan dengan menggunakan metoda yang valid.

Analisa kebijakan dapat berupa : (i) Analisa Kebijakan Prospektif, yang memproduksi dan mentransformasikan informasi sebelum aksi kebijakan dilakukan; dan (ii) Analisa Kebijakan Retrospektif, yang memproduksi dan mentransformasikan informasi sesudah kebijakan diambil. Analisis kebijakan dengan pengertian yang paling umum adalah dari hanya berfikir keras dan cermat hingga melalui langkah rumit dengan data dan model yg kompleks untuk menghasilkan solusi sebagai informasi. Selanjutnya, mengkomunikasikan informasi ini juga menjadi bagian dari analisis kebijakan. Analisis kebijakan bukan hanya produksi fakta, juga nilai-nilai dan tindakan yang dipilih. Dengan demikian, terdapat 3 (tiga) tujuan analisis kebijakan..
Analisis kebijakan terdiri dari beberapa tahap/prosedur sebagai berikut :
• PEMANTAUAN, deskripsi, sebab dan akibat kebijakan masa lalu;
• PERAMALAN, konsekuensi dari kebijakan pada masa yang akan datang;
• EVALUASI, nilai atau kegunaan kebijakan yang lalu dan pada masa yang akan datang;
• REKOMENDASI, serangkaian tindakan pada masa yang akan datang yang mendatangkan akibat bernilai; dan
• PERUMUSAN MASALAH, yang berada dalam setiap tahapan.

Nilai menurut Kartodiharjo (2009) merupakan tolok ukur utama apakah masalah telah teratasi. Pernyataan nilai dan penentuan nilai adalah relatif tetapi juga obyektif. Nilai merupakan persetujuan terhadap sesuatu yang kebenarannya tidak tergantung pada pemikiran yang menyebabkan persetujuannya. Nilai memiliki sifat relativisme obyektif, yang dibedakan dengan tandingan subyektifnya. Selain itu, nilai mengandung advokasi kebijakan, sebagai cara menghasilkan informasi yang relevan dan argumen yg masuk akal mengenai solusi bagi masalah-masalah publik. Dengan demikian, nilai dapat diperdebatkan secara rasional dan dapat dipelajari dengan metoda ilmu pengetahuan.


Kartodiharjo (2009) menjelaskan bahwa terdapat tiga tipe kekeliruan dalam analisis kebijakan yang menyangkut masalah dan situasi masalah, yaitu :
-    Problem resolving atau memecahkan kembali masalah dengan analisis ulang pemecahan masalah dari masalah yg sebenarnya telah ditetapkan dengan tepat;
-    Problem unsolving atau pementahan solusi masalah dengan membuang solusi karena kesalahan dalam penetapan masalah;
-    Problem dissolving atau pementahan masalah dengan membuang masalah yang telah ditetapkan secara tidak tepat sementara solusi belum dijalankan.


Sedangkan formulasi kebijakan menurut Lester and Stewart (2000) adalah suatu tahap dalam proses kebijakan yang dapat diterima dan relevan dengan tindakan untuk menangani masalah publik tertentu yang diidentifikasi dan ditetapkan menjadi undang-undang.

Formulasi sendiri merupakan turunan dari formula/rumus yang secara ringkas berarti mengembangkan rencana, metode, resep, dalam upaya mengurangi kebutuhan, sebagai tindakan untuk mengatasi masalah (Jones, 1984). Formulasi kebijakan mengisyaratkan diperlukannya tindakan yang lebih teknis dengan cara menerapkan metode penelitian guna mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk merumuskan permasalahan kebijakan dan mencari berbagai alternatif solusi kebijakan. Masalah utama yang dihadapi dalam formulasi kebijakan adalah merumuskan apa sebenarnya masalah kebijakan yang harus dipecahkan. Sering terjadi, analisis kebijakan tidak diawali dengan rumusan permasalahan yang jelas.

Terdapat beberapa tipe formulasi kebjakan, yaitu : (i) Rutin; (ii) Analogi; dan (iii) Kreatif. Sedangkan metode formulasi terbagi menjadi : (i) model linier, model rasional, atau common-sense (Sutton, 1999); (ii) Inkremental/tambal sulam (berdasarkan kebijakan/keputusan yang sudah ada kemudian diperbaiki/ disempurnakan untuk memecahkan masalah yang baru tersebut); dan (iii) Model sistem.
Sutton (1999) melakukan analisis terhadap proses-proses pembuatan kebijakan dengan berbagai sudut pandang: antropologi, ilmu politik, sosiologi, hubungan internasional, dan manajemen.

Dalam model rasional, langkah-langkah pembuatan kebijakan adalah sebagai berikut :

  • Pengambil kebijakan dihadapkan pada suatu masalah
  • Tujuan dan nilai-nilai yang ingin dicapai dapat di-rangking
  • Alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah dirumuskan
  • Analisa biaya dan manfaat dilakukan untuk masing-masing alternatif
  • Membandingkan masing-masing alternatif
  • Memilih alternatif yang terbaik.
Dalam model incremental, kebijakan baru hanya mengubah hal-hal kecil dari kondisi sebelumnya. Biasanya pembaruan kebijakan ditetapkan berdasarkan satu hal yang dianggap paling penting. Penetapan kebijakan seperti ini dianggap tidak optimal. Suatu penetapan kebijakan dianggap optimal apabila disepakati oleh segenap pihak yang berkepentingan dan bukan sekedar dikatakan oleh pihak tertentu sebagai kebijakan paling baik untuk dapat menyelesaikan masalah.

Proses pembuatan kebijakan ini cenderung mengikuti tindakan serial. Apabila terdapat kesalahan dikemudian hari akan kembali dilihat masalahnya dan kemudian diperbaiki dengan kebijakan baru. Hal demikian ini didasari oleh alasan bahwa perubahan besar dimulai dari yang kecil. Alasan demikian ini mempunyai kelemahan, karena proses perbaikan kebijakan berikutnya biasanya tidak didasarkan oleh kebijakan sebelumnya atau sekedar mencampur-aduk berbagai perbaikan kebijakan yang ada, tanpa diketahui akibat yang satu terhadap lainnya.

Sedangkan pendekatan sistem merupakan cara yang dapat membantu manajer untuk memfokuskan sumberdaya yang terbatas ke arah terjadinya perubahan. Dalam model ini perhatian difokuskan kearah hubungan antar bagian dalam suatu organisasi, respon organisasi terhadap situasi eksternal, bagaimana organisasi mempercayai input dari luar organisasi. Total sumberdaya di dalam organisasi selalu terbatas, sehingga setiap upaya untuk menghasilkan perubahan harus memperhatikan penyeimbangan kembali prioritas-prioritas yang dilakukan.

Penentuan prioritas dengan mengunakan brainstorming, atau penilaian tertentu sangatlah memudahkan bagi pengambil kebijakan, dimana sang pengambil kebijakan dibatasi oleh waktu, dana dan sumber daya alam . Untuk itu bagi pengambil kebijakan dalam menentukan alternatif mana kebijakan yang akan ditempuh, ditentukan melalui skala prioritas.

Dalam pengambilan kebijakan yang ditentukan secara skala prioritas, tentunya sangat subyektif, apa yang menjadi prioritas bagi kelompok a belum tentu menjadi prioritas kelompok b. Apa yang menjadi prioritas sekarang belum tentu menjadi prioritas mas mendatang atau besuk.

Dalam hal sesuatu bersifat sistemik, integral dan holistic, maka pengambilan kebijakan haruslah memperhatikan semua aspek tersebut, dan untuk pemecahan masalah maka beberapa kebijakan yang simultan yang sejalan haruslah ditempuh dan dilaksanakan secara simultan menuju satu tujuan secara integral dan sistmetik.

Sammy Simorangkir Go International?

  • Sammy Simorangkir Go International?Sammy Simorangkir Go International?
Penyanyi Sammy Simorangkir disibukkan dengan jadwal manggung off airnya di beberapa kota. Tak hanya tawaran antar kota saja, Sammy juga akan dijadwalkan untuk tampil di kawasan Asia Tenggara.
"Baru paling ke Bandung, terus besok ke Hongkong, Malaysia, Brunei. Amin, banyak job off air," ujarnya saat dijumpai di launching novel terbaru Zara Zettira ZR, LOE GUE END!, Liquid Exchange, Epicentrum Kuningan, Jaksel Senin (28/11).
Sammy menambahkan bahwa setelah Asia Tenggara dia juga akan berangkat ke Australia untuk tampil di sana. Lantas bagaimana Sammy bisa tampil di luar negeri?
"Nanti lanjutan lagi sampai ke Australia. Pastinya ada sponsor," paparnya yang mempunyai rencana untuk keliling Asia.
Ketika ditanya apakah Sammy ingin go international dengan tampil di luar negeri. Dia menjawab jika dia belum ingin mengarah ke sana. Baginya dia ingin go nasional dulu.
"Untuk menjadi contoh di negeri sendiri kan susah ya. Gue mau go nasional aja, jadi legenda hidup aja dulu di nasional," pungkasnya. (kpl/ato/faj)

Sammy Simorangkir bangkit lagi

SELEPAS menjalani hukuman akibat kesandung kasus narkoba, Sammy Simorangkir, bangkit lagi. Berkat dukungan orangtua dan juga sang pacar, mantan vokalis grup Band Kerispauh ini, sudah mulai beraksi di panggung.
"Bisa kembali diterima masyarakat. Ini merupakan anugerah bagi saya. Tak masalah jika saya harus memulai dari titik nol lagi. Sebab, buat saya, hidup itu adalah perjuangan," ungkap Sammy yang baru saja pulang dari show larin. "Saya memilih berso-a karir," tambah Sammy yang kini sudah memilikiiacar, Fitri Darwis.(santosa/rf/r)

Sammy Akan Pindah Ke Rutan Salemba

Sammy Akan Pindah Ke Rutan SalembaTersiar kabar kalau Hendra Samuel Simorangkir akan dipindahkan ke Rutan Salemba, hari ini. Namun tim kuasa hukumnya memastikan berkas perkara cowok yang akrab disapa Sammy akan dilimpahkan ke kejaksaan pekan depan. Mantan kekasih Nania Idol ini masih meringkuk di ruang tahanan Polres Jakarta Pusat. “Sejauh ini saya belum mendengar kabar pemindahan (Sammy) tersebut.
Dia menambahkan, terakhir menjenguk Sammy pada Jumat akhir pekan lalu, Ida tidak mendapat informasi tentang kepindahan Sammy. “Setahu saya saudara Sammy akan tetap di Polres sampai kepada pelimpahan berkas ke pihak kejaksaan. Rencananya minggu depan,” ungkapnya.
Setelah berkas dilimpahkan oleh penyidik Polres, lanjut Ida, maka pihak kejaksaan akan memeriksa apakah berkas tersebut ada yang kurang atau tidak. Pada pukul 02.30 WIB, Selasa 2 Februari 2010, polisi menggerebek rumah kost yang ditengarai ada kegiatan narkoba. Dari dalam rumah kost tersebut, Sammy bersama seorang teman wanita berinisial RA kedapatan sedang mengonsumsi sabu, lengkap dengan alat hisapnya.

Ibunda Sammy Pingsan Sesaat Usainya Sidang

Ibunda Sammy Pingsan Sesaat Usainya Sidang

Ibunda Sammy Pingsan Sesaat Usainya SidangHendra Samuel Simorangkir atau lebih sering disapa Sammy ini adalah vokalis Kerispatih. Namun sebelumnya putra dari pasangan D. N. Simorangkir dan Tiur Ida Simanjuntak ini pernah menembus ajang INDONESIAN IDOL musim pertama hingga 30 besar. Pada awal berdirinya Kerispatih pada 21 April 2003, saat itu Sammy  belum bergabung dengan Badai, Arief, Andika dan Anton. Sehari setelahnya, di acara Farabi Sunday, Sammy pun resmi bergabung dengan menjadi vokalis.
Sidang pembacaan tuntutan atas Sammy Simorangkir di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (17/06) sempat diwarnai insiden kecil. Ibunda Sammy, Tiur tergolek lemas ketika menuju keluar gerbang pengadilan. Nampaknya, ia tidak kuasa mendengar tuntutan JPU dan akhirnya jatuh pingsan di depan pintu gerbang PN Jakarta Pusat.
Berdasarkan laporan pandangan mata, Tiur langsung dimasukkan ke dalam mobil Avanza kuning. Di dalam mobil, Tiur didoakan dan dikipasi agar sadar. Kurang lebih 10 menit kemudian, Tiur sadar kembali.
Sempat terjadi juga percekcokan antara kakak Sammy dan seorang kameramen. Karena panik, kakak Sammy emosi lalu menegur seorang kameramen yang menghalangi langkahnya untuk masuk ke mobil di mana Tiur terbaring. Tapi tidak lama kemudian situasi kembali normal.